Persiapan kami untuk pergi ke Jepang bisa dibilang sangat pendek, hanya kurang lebih 3 minggu. Idenya tercetus begitu saja saat kami diberitahu bahwa tour yang kami daftar batal berangkat lagi. Padahal kami tidak pernah travelling berdua, apalagi ke negeri nun jauh di sana. Sempat bingung memikirkan harus menginap di mana, transportasi naik apa, mau kemana saja selama di Jepang, belum lagi mengurus Visa dan sebagainya. Tapi kami tetap nekat berangkat. Kalau tidak, kapan cita-cita ke Jepang terwujud?

Waktu tahu kami akan ke Jepang sendiri, otousan memberi kami beberapa buku tentang travelling ke Jepang. Dari buku-buku itu kami belajar banyak. Dua Buku yang sangat membantu perencanaan kami adalah: Lost in Japan dan Rp2,5 Juta Keliling Jepang. Selain dari buku, website yang paling membantu kami adalah Japan-Guide dan Hyperdia.

Jadi persiapan-persiapan apa saja yang dibutuhkan sebelum ke Jepang?

Paspor dan Visa

Untuk cara membuat paspor, bisa dilihat di website Imigrasi Indonesia. Atau, Chiharu menemukan artikel bagus dari blog Ransel Kecil.

Dokumen untuk mengurus Visa siap dikumpulkan!

Urusan Visa memang yang paling repot dan bikin deg-degan. Tapi urusan visa ini sangat penting dan tidak dapat dihindari. Kami beruntung karena dokumen-dokumen kami sudah siap karena pernah mendaftar tour sebelumnya, jadi tinggal dikumpulkan saja ke Konsulat Jepang. Untuk informasi mengenai pembuatan Visa, bisa dilihat di website Kedubes Jepang.

** Baca buku Lost in Japan bab 3, di situ dijelaskan cara mengurus visa dengan rinci.

Jadwal Perjalanan

Jadwal perjalanan bisa dipikirkan jauh-jauh hari. Karena sudah bertahun-tahun Chiharu berangan-angan ke Jepang, jadi tanpa sadar Chiharu sudah bikin 'daftar tempat yang ingin dikunjungi kalau suatu saat ke Jepang' di kepala. Jadi begitu keinginan itu dapat terwujud, langsung deh ditulis di kertas. Tempat yang ingin Chiharu kunjungi tidak banyak: Akihabara, Ikebukuro, Harajuku, dan Studio Ghibli. Lalu kami juga menambahkan tempat-tempat yang umum dikunjungi turis seperti Asakusa, Tokyo tower, dan Disneyland ke dalam jadwal.

Chiaki mempelajari jalur kereta Tokyo

Jadwal perjalanan sebaiknya ditulis serinci mungkin. Termasuk jam, peta lokasi, transportasi, dan hal yang ingin dilakukan / dibeli. Dalam artikel berikutnya kami akan memberi contoh jadwal perjalanan yang kami gunakan untuk travelling ke Jepang.

Transportasi

Kami selalu menggunakan kereta atau subway untuk bertransportasi. Khusus untuk Kyoto, kami menggunakan bus. Jika ingin travelling hemat, jangan sekali-kali menggunakan taksi karena ongkosnya super mahal.

Ada beberapa pass yang bisa kita pakai untuk travelling dengan kereta di Jepang. Dengan paket-paket pass tertentu kamu bisa berhemat biaya transportasi. Tapi setelah kami research, nggak ada paket pass yang cocok buat kami. Jadi kami memutuskan untuk membeli IC card (semacam EZlink kalo di Singapore).

Vending machine untuk membeli ICOCA, dilengkapi bahasa Inggris

IC card sendiri ada bermacam-macam tergantung wilayahnya. Di wilayah timur (Tokyo) namanya SUICA, di wilayah barat (Kansai) namanya ICOCA, dsb. Walaupun namanya berbeda, kegunaannya sebenarnya sama saja. Dengan IC card, kamu nggak perlu bingung beli tiket setiap kali mau naik kereta. Tinggal tap IC card-mu di gerbang stasiun. IC card bisa dipakai hampir di semua jalur kereta. IC card juga bisa dipakai untuk membayar di beberapa toko, seperti Seven Eleven dan Family Mart.

Karena kami mendarat di Osaka, kami membeli ICOCA di stasiun Kansai Airport. ICOCA bisa dibeli di vending machine stasiun, harganya 2000 yen, isi kartunya 1500 yen (500 yen untuk deposit).
Cara membelinya mudah, tersedia petunjuk dalam bahasa Inggris pada vending machine-nya.

Penginapan

Untuk penginapan, kami mencari bantan dari Google-sensei. Awalnya okasan menganjurkan booking lewat travel agent saja, karena dianggap pasti aman. Tapi kami bersikeras mencari penginapan sendiri supaya lebih hemat. Selain itu, kami ingin mencoba menginap di Ryokan (penginapan khas Jepang) supaya bisa merasakan tidur di tatami dan futon. Kalau menginap di hotel biasa kan rugi?

Harga ryokan relatif lebih murah dari hotel. Kebanyakan ryokan mengitung biaya penginapan per-orang, bukan per-kamar. Jenis kamarnya juga bermacam-macam. Mau kamar single / double / beramai-ramai? Kamar mandi dalam / pemandian umum?

Lemari tempat menyimpan futon di penginapan Osaka

Kalau mau lebih murah lagi, menginaplah di hostel. Di hostel tidak ada kamar pribadi, semuanya share dengan orang lain. Karena itu harganya jadi lebih murah.

Kalau ingin mencoba hal baru, coba tidur di Capsule hotel. Di capsule hotel kita hanya mendapat tempat sebesar ruang pendingin mayat, cukup untuk tidur saja. Kekurangannya adalah, capsule hotel tidak cocok bagi kami yang barang bawaannya banyak, karena tidak ada tempat untuk menaruh barang-barang kami. Sebenarnya hotel semacam ini disediakan untuk orang-orang yang ngantor kemalaman lalu ketinggalan kereta.

Beberapa penginapan dengan harga terjangkau yang kami dapat dari Google-sensei:
http://kimiryokan.jp/ -- Tokyo, Ikebukuro
http://www.toukaisou.com/index-e.htm  -- Tokyo, Asakusa (tempat kami menginap)
http://www.khaosan-tokyo.com/en/ninja/ -- Tokyo, Asakusabashi / dekat Akihabara
http://www.chuogroup.jp/chuo/english/ -- Osaka, ada di beberapa tempat (kami menginap di Hotel Chuo Shin-imamiya, dekat Den-Den Town)
http://hanahostel.com/ -- Osaka, Kyoto, Hiroshima, Fukuoka

Booking dilakukan lewat website / email. Sebaiknya booking dilakukan jauh-jauh hari, karena bisa-bisa tidak dapat kamar – apalagi saat musim liburan..

Bahasa

Tidak usah khawatir kalau tidak bisa berbahasa Jepang. Kami pun tidak bisa. Walau bisa sedikit-sedikit itu pun hasil kebanyakan nonton anime dan drama Jepang. Kebanyakan orang menganggap orang Jepang tidak bisa bahasa Inggris. Sebenarnya mereka mengerti kok, walaupun tidak bagus. Hanya saja untuk orang pada umumnya, pelafalan bahasa Inggris orang Jepang agak aneh. Bagi kami yang sering mendengar lagu-lagu J-pop / Vocaloid, hal itu bukan masalah. Karena telinga kami sudah terbiasa dengan Inggris aneh-nya Jepang.

Kebanyakan dari mereka jika ditanyai, otomatis akan menjawab dalam bahasa Jepang + bahasa tubuh. Cukup bisa dipahami kalau hanya tanya jalan kan? Kalau tidak mengerti, jangan segan bertanya lagi. Orang Jepang ramah-ramah dan tidak segan-segan membantu kamu. Kita pernah satu kali tersesat waktu mencari penginapan di Tokyo. Lalu ada bapak-bapak yang bertanya kita mau ke mana. Lalu, karena bapaknya tau kita nggak bisa ngomong Jepang, akhirnya kita diantar ke tempat tujuan. Untung tersesatnya nggak jauh-jauh.. hehe

Sebisa mungkin jika mau bertanya, carilah orang yang masih muda (16 - 26 tahun) karena kemungkinan bahasa Inggris mereka lebih OK dbandingkan yang tua-tua. Kami sering bertanya pada penjaga Seven Eleven atau toko semacamnya. Kebanyakan pekerja part-time-nya mahasiswa. Selain itu, biasanya di toko mereka menyimpan peta, jadi kalo tanya jalan lebih sip.

Papan petunjuk di jalan dan di stasiun kereta selalu dilengkapi dengan bahasa Inggris. Tetapi, kalau kamu punya waktu, ada baiknya belajar hiragana dan katakana. Karena terkadang nama-nama gedung tidak ditulis dengan alfabet. Bisa repot kalau mencari gedung tertentu kalau tidak bisa baca kana. Selain itu, belajar kana juga mempermudah kamu memahami menu makanan atau nama barang di toko.

Jika kamu masih ada waktu lagi, belajarlah berhitung dalam bahasa Jepang. Ini akan mempermudah kamu kalau berbelanja. Tidak susah kok:

1  = ichi   2 = ni   3 = san   4 = yon   5 = go   6 = roku   7 = nana    8 = hachi    9 = kyu   10 = ju

11 = 10 +1 = ju ichi
21 = (2x10) + 1 = ni ju ichi

lalu hyaku = 100   sen = 1000

543 = (5x100) + (4x10) + 3 = go hyaku yon ju san

kurang lebih seperti itu.. gampang kan?

Beberapa aplikasi gratis untuk belajar kana & angka bisa didapat di artikel ini.

3 kata penting:


  • Sumimasen = permisi, maaf
  • Arigato / Arigato gozaimasu = terima kasih
  • Konnichiwa = halo, selamat siang

Etika

Ketika di Jepang, berlakulah seperti orang Jepang. Jika tidak, bisa-bisa kamu dianggap kurang ajar. Mungkin jika bule yang berbuat salah, mereka masih bisa memahami. Tapi secara kita adalah orang Asia yang mukanya mirip-mirip Jepang.. Kalau kita berbuat salah mereka bisa melirik sinis.

Di stasiun kereta:


  • Berbarislah di tempat yang sudah disediakan. Jika kereta datang, jangan menyerondol masuk.
  • Jangan menelpon selama di kereta atau berbicara dengan suara keras. 
  • Makan diperbolehkan, tapi sampahnya jangan ditinggal ya..
  • Jika di eskalator, berdirilah di sebelah kiri, karena jalur sebelah kanan adalah untuk orang yang terburu-buru. Khusus di Osaka, berdirilah di sebelah kanan (kebalikan).

Sehari-hari:


  • Jika ingin bertanya, awali dengan 'sumimasen' yang berarti permisi.
  • Orang Jepang tidak biasa berjabat tangan, tapi sering sekali menunduk.
  • Jika mengunjungi rumah seseorang, sepatu harus dilepas. Mereka biasanya akan menyediakan sandal rumah. Beberapa penginapan juga menerapkan hal ini. 
  • Jika membayar di kasir, taruh uang di wadah yang disediakan. Kembalianmu juga akan ditaruh di wadah yang sama.
  • Kita sudah pernah membahas tentang budaya & etika Jepang: part 1, part 2cara makan sushi


**Tambahan:

  • Konbanwa = selamat malam
  • Sayonara / bai bai = selamat tinggal / bye bye

  • Itekimasu = diucapkan kalo keluar rumah / penginapan. Sebenarnya tidak ada artinya. Kurang lebih seperti 'pergi dulu, ya'
  • Iterashai = Jawaban dari itekimasu, 'selamat jalan'
  • Tadaima =  dicucapkan kalau pulang rumah / penginapan. Biasa diterjemahkan 'aku pulang'
  • Okaeri = jawaban dari tadaima, 'selamat datang kembali'


Kakek-kakek penjaga penginapan kami di Osaka rajin sekali menyapa tamunya dengan 'iterashai' dan 'okaeri'. Jadi serasa di rumah sendiri..