Pada zaman dahulu, ada sepasang Kakek dan Nenek yang amat rukun. Setiap pagi Kakek pergi ke gunung menebang kayu, lalu menjualnya ke kota. Dan Nenek membuatkan tiga bulatan nasi (onigiri) yang sangat lezat untuk bekal.


"Selamat bekerja, Kek. Hati-hati, ya!"
Nenk mengantarkan kepergian Kakek sambil melambai-lambaikan tangannya.
"Terima kasih ya Nek, kalau aku makan onigiri buatan Nenek, tenagaku bertambah."

Tiga onigiri tadi dibuat dari beras mereka yang terakhir.

Kakek yang telah sampai di gunung berkata, "Yo..ho! Para pohon, aku akan mengganggu, aku akan menebang dahan-dahanmu yang kering."

Kakek mulai menebang dahan-dahan kering, dan mengumpulkannya. Binatang-binatang datang berkumpul karena bau lezat yang disebarkan oleh onigiri-onigiri itu.

"Kalau ini sudah selesai, kita akan sarapan. Kalian pun akan kubagi."

Kelinci dan tupai yang rajin memakan onigiri-onigiri itu membantu Kakek mengumpulkan dahan-dahan kering.

"Terima kasih ya, semuanya. Sebentar lagi kita makan bersama."

Lalu Kakek mengeluarkan onigiri-nya yang pertama dan bermaksud membagi dengan semuanya, masing-masing sedikit. Tetapi, tanpa sengaja, onigiri itu terlepas dari tangannya dan menggelinding.


"Ah, ah, onigiri itu!"

Onigiri yang amat berharga itu terus menggelinding ke lereng bukit.

"Hei onigiri....! Tunggu...!"

Kakek pun berlari menuruni lereng bukit untuk mengejarnya, tetapi onigiri itu menggelinding semakin cepat. Binatang-binatang yang akan dibagi onigiri itu berteriak, "Ayo semuanya, tangkap onigiri itu!"

Tupai, kelinci, kera dan rusa semuanya mengejar onigiri, tetapi onigiri itu terus menggelinding sampai akhirnya tiba di kaki gunung. Semuanya sudah menjadi lapar sekali. Onigiri itu menggelinding semakin pelan, dan "plung". Onigiri itu jatuh ke lubang.

"Eh, onigirinya jatuh ke lubang. Bagaimana ini?"

Kakek mengulurkan angannya ke dalam lubang yang gelap, ia bermaksud mengambil onigirinya, tetapi tangannya tidak sampai.

Pada saat itu, dari dalam lubang terdengan suara musik gembira, "teng, teng, teng".

"Eh, ajaib!"

Kakek dan binatang-binatang itu lupa akan rasa lapar mereka. Mereka memasang telinga mendengarkan suara musik yang keluar dari dalam lubang. Beberapa saat kemudian, musik itu berhenti. Kakek merasa kecewa, kemudian ia menjatuhkan onigiri kedua yang sebenarnya untuk makan malam. Suara musik itu kembali terdengar, "teng, teng, teng".


"Wah, ini menyenangkan sekali! Aku jadi gembira."

Kakek menjatuhkan juga onigiri ketiga.

"Ah... ya, ya!"

Binatang-binatang pun lalu menari. Kera meniru-niru gaya Kakek. Tubah dan tupai juga menari. Burung-burung kecil senang dengan musik itu, mereka semua bergembira. Ketika mereka semua sedang menari mengelilingi lubang itu, kaki Kakek terpeleset dan "bruk", Kakek jatuh ke dalam lubang.

"Kekek, selamat datang di negeri Tikus."

Di dasar lubang itu para tikus meletakkan lentera kertas dan menyambut Kakek.

"Pemimpin kami ingin mengucapkan terima kasih, mari kami antarkan kepadanya."

Dengan dianta oleh tikus-tikus itu, Kakek masuk. Setelah keluar dari lorng yang gelap, tibalah Kakek di ruangan yang luas. Di sana telah menunggu Pemimpin tikus.

"Kakek, terima kasih untuk onigiri yang lezat. Sebagai tanda terima kasih, kami akan membuatkan makanan. Santa-santailah seperti di rumah sendiri."

Pemimpin Tikus memperlaukan Kakek sebaik mungkin.

"Coba lihatlah itu!"

Ketika Kakek malihat ke arah yang ditunjuk oleh Pemimpin Tikus, ternyata di sana ada banyak sekali tikus-tikus yang membuat makanan dengan onigiri-onigiri dari Kakek.

"Tok tok! Ayo buat makanan yang lezat. Tok tok."

Onigiri-onigiri Kakek telah berubah menjadi makanan-makanan kecil, dan ketika Kakek mencoba manghitungnya ada beratus-ratus. Kakek dibawa ke ruang tamu, dan di depannya telah terhidang makanan yang lezat. Lalu, musik pun dimulai dan gadis-gadis tikus yang cantik mulai menari.


"Karena onigiri, kita bisa membuat banyak makanan, ayo kita rayakan dengan gembira."

Kakek dan Pemimpin Tikus menyanyi dan menari. Kakek mabuk karena sake, ia terus menari dan lupa akan waktu. Sayup-sayup terdengan bunyi genta dari kuil.

"Sudah senja. Nenek pasti sudah menunggu. Aku harus segera pulang, menjual kayu bakar ini dan membeli beras."

Para tikus itu memberikan sebuah palu kayu keberuntungan kepada Kakek yang akan pulang.

"Palu ini adalah palu keberuntungan untuk memanggil kebahagiaan. Ambillah sebagai hadiah dari kami."
"Terima kasih atas jamuan dan hadiah ini."

Kemudian Kakek keluar dari lubang yang berbeda dengan ketika ia datang.

"Selamat jalan, Kek! Buatkan lagi kami bola nasi yang lezat, ya."

Kakek berangkat untuk menjual kayu bakar dengan dilepas oleh para tikus. Kakek tiba di kota, segera pergi ke toko yang biasa membeli kayu bakarnya. Tetapi...
"Sayang sekali, karena hari ini datang terlambat, aku sudah membeli dari orang lain."
Demikian juga dengan toko yang lain. Kakek berjalan berkeliling kota, tapi tidak sebatang pun kayu bakarnya terjual. Tanpa bisa berbuat apa-apa, Kakek pulang menyusuri jalan dengan lunglai. Matahari senja mulai tenggelam.

"Malangnya aku. Aku sudah membuang-buang waktu. Kalau tadi aku menjual kayu akar, pasti aku bisa membeli beras dan sayuran. Pasti sekarang Nenek sudah menunggu-nunggu."

Sambil berjalan Kakek menyesali diri. Dengan kaki berat, akhirnya Kakek tiba di rumah.

"Selamat datang, Kek. Hari ini kau tentu letih seharian. Setelah mencuci kaki, makanlah, walaupun yang ada hanya ubi. Tidak apa, kan?"

Sambil makan ubi, Kakek bercarita tentang bola nasi dan tikus-tikus ajaib itu. Tiba-tiba munculah tikus yang membawa lentera kertas. Nenek mendekap Tama, kucing mereka yang bertingkah ganas.


"Apa ada yang ketinggalan?" tanya Kakek.
"Ya. Palu kayu keberuntungan. Palu ini adalah palu ajaib, kalau ada yang Kakek inginkan, goyangkan saja palu ini."

Setelah berkata demikian, tikus itu menghilang. Kakek segera berkata: "Makanan keluarlah!" Sambil berkata demikian, ia menggoyangkan palunya. Lalu muncullah makanan enak yang menggunung.


"Aduh, enaknya makanan-makanan ini. Aku belum pernah melihat makanan seperti ini. Pasti lebih enak jika dibandingkan dengan ubi."

Kakek, Nenek dan Tama amat gembira sekali. Keesokan paginya, Kakek dan Nenek menggoyangkan palu kayu itu, lalu mereka memuat makanan yang banyak itu ke gerobak dan berkeliling desa. Mereka membagi-bagikannya kepada orang-orang yang miskin dan mereka yang membutuhkan. Karena merekalah, orang-orang desa yang miskin menjadi sehat. Selain itu, mereka semua menjadi giat bekerja, sehingga hasil sawah dan ladang mereka berlimpah-ruah.

Kakek dan Nenek membuat banyak sekali onigiri dengan beras hasil panen mereka dan pergi ke lubang tikus sebagai tanda terima kasih. Lalu binatang-binatang hutan pun berdatangan dan mereka semua makan onigiri-onigiri itu. Saat itu, semua berbahagia dan bergembira.